Siang itu begitu terik, malas sekali aku ingin keluar bahkan hingga jam 1 siang sesuap nasi pun belum ku telan karna malasnya keluar kosan. Lalu aku ingat bahwa hari ini tepatnya hari minggu ingin melakukan perjalanan ke Banten Lama sebuah kawasan yang dulunya merupakan kraton dari Kesultanan Banten yang semula terdiri dari Banten Girang dan Banten Pasisir yang telah menyatu yang terdapat di Provinsi Banten yang sebelumnya adalah wilayah dari jawa barat yang melakukan pemekaran dan salah satu pemrakarsanya adalah ayah dari seorang perempuan yang kini menjadi seorang Gubernur Banten dalam dua periode.
Waktu telah menunjukkan pukul 14.30 aku pun bergegas keluar dan makan di sebuah warung makan yang tak jauh dari kosan ,
baru satu suap tiba-tiba hanphone berdering tanda sebuah pesan dari kawanku menanyakan apakah kita jadi pergi ke Banten Lama. Selesai makan aku langsung bergegas mandi agar badan terasa segar setelah 2 hari belum mandi. selesai mandi ternyata kawan-kawanku telah menunggu di depan. Tepat pukul 15.30 aku dengan vespa unguku bersama kawan-kawanku tancap gas menuju Banten Lama.
Kami memutuskan lewat jalur timur yaitu melalui ciruas, pontang dan tirtayasa, saat melalui jalan disekitar pontang banyak pemandangan-pemandangan yang mengasikkan hehe banyak yang mandi disungai yang berada disepanjang tepi jalanan. Entah apakah karna kurangnya fasilitas MCK ataukah ini sudah menjadi kebiasaan secara turun temurun dari nenek moyang mereka hal ini membuatku merasa penasaran akan hal apa yang melatarbelakangi mereka menggunakan air sungai yang begitu keruh dan kotor untuk mandi dan mencuci bahkan mereka buang air besar pun di sepanjang sungai itu bersama kerbau-kerbau yang baru bekerja membajak sawah yang berada disekitar sungai itu. Mungkin dalam waktu dekat ini aku ingin melakukan penelitian disungai yang keruh itu mengenai kandungan dari air dan sejarah dari sosiologis kemasyarakatan yang ada disitu.
Sampai di daerah Tirtayasa pemandangan agak sedikit berbeda walaupun hampir sama disini terdapat sawah yang terhampar luas seperti lapangan hijau yah padi-padian yang baru berumur 1 bulan, udaranya sungguh sejuk dengan angin yang sepoi-sepoi, karna sudah memasuki waktu sore, matahari tak terlalu menyengat seperti siang hari dan ketika melihat kearah langit barat sungguh indah sebuah karunia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, seandainya suhu siang hari di Kota Serang seperti ini mungkin pada saat mendung saja atau suatu fenomena yang aneh.
Beberapa lama kemudian aku bersama segerombolan makhluk-makhluk intelektual memasuki daerah Sawah Luhur. Disini suasananya agak sedikit berbeda, di sepanjang tepi jalan terlihat tambak-tambak tempat petani memelihara ikan, yah hampir mirip empang atau sejenis kolam ikan. Karna punggung sudah pegal-pegal aku bersama gerombolan makhluk-makhluk intelektual memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah gubuk yang berada di pinggir jalan dekat tambak-tambak petani. Disini kami sempat berfoto-foto narsis sebentar dan melanjutkan lagi perjalanan.
Pukul 17.00 kami baru memasuki daerah Kasemen yang dulu aku bersama kawan-kawan fakultas hukum UNTIRTA pernah melakukan advokasi di daerah ini. Dahulu lingkungannya sangat kumuh banyak masyarakat membuang sampah sembarangan kesungai dan tidak ada tempat khusus untuk menimbun sampah, sungguh dahulu daerah ini sangat memprihatinkan selain masalah sampah, akses jalan pun sangat buruk, dahulu jalanan disini seperti sungai yang sedang kekeringan, dan juga masalah pendidikan yang kebanyakan masyarakat disini hanya menyelesaikan pendidikan sampai sekolah menengah pertama dan terkadang SD pun tidak sampai tamat, ditambah lagi layanan kesehatan yang sangat kurang, untuk mencapai puskesmas warga harus menggunakan jasa ojek yang pastinya tak lebih murah dari angkot sebab tidak ada angkot yang melintasi daerah ini karna tidak ada trayeknya. Akan tetapi sekarang daerah ini sudah ada kemajuan, ketika aku melintasi jalan daerah ini sudah bagus dan sampah-sampah yang berserakan pun sudah mulai bersih, sungguh hal yang mengesankan bagiku.
Setelah melewati beberapa pemandangan yang berbeda-beda di sekitar jalan yang kami lalui tepat pukul 17.30 akhirnya aku beserta gerombolan makhluk-makhluk intelektual sampai di kawasan benteng bekas kraton surosowan yang telah berdiri kurang lebih sejak 4 abad silam yang pastinya jangankan aku, bahkan kakek juga belum lahir pada saat itu. Yang pernah aku baca bahwa kraton ini dihancurkan oleh orang-orang Belanda yang dulu sempat tinggal di Nusantara dan yang aku tak habis pikir adalah yang merancang kraton ini pun orang dari negeri kincir tersebut.
Kondisi tempat purbakala ini bagiku sungguh memprihatinkan, adanya plang dan peraturan untuk menjaga kawasan ini sepertinya tidak berguna, sebab pagar-pagar sudah rusak, ditengah-tengah dan di depan kawasan bekas kraton ini digunakan warga untuk bermain sepak bola, entah apakah ini merupakan bentuk pemanfaatan ataukah melenceng dari fungsi tempat bersejarah ini, mungkin para pakar arkeologi, sejarah dan sosiologi yang lebih tau.
Di Banten Lama ini kami langsung menuju menara yang berada didepan masjid Banten, niatnya ingin naik keatas menara yang dulunya adalah mercusuar yaitu pemantau kapal-kapal yang hendak singgah ke Banten dan kini menara ini menjadi simbol dari propinsi Banten, karna waktu sudah sore kami tidak diperbolehkan untuk naik ketatas, sungguh kecewa sebenarnya tapi tak apa lah yah mau dibagaimanakan lagi. Tiba-tiba ada tukang foto yang menawarkan kami untuk berfoto-foto di depan menara dan masjid Banten, setelah tawar menawar akhirnya kami pun foto-foto dan langsung di cetak.
Azan maghrib telah dikumandangkan itu tandanya aku dan gerombolan makhluk-makluk intelektual harus menjalankan kewajiban yaitu sholat maghrib, bergegas kami mengambil air wudlu dan wow airnya terasa asin, yah wajar lah disini kan dekat dengan pesisir jadi airnya agak sedikit asin. Selesai sholat kami masuk kesebuah perbelanjaan dan membeli makanan ala tempat peziarahan, ya disini juga terdapat makam Sultan Maulana Hasanudin, yaitu sultan banten yang pertama yang merupakan anak dari Syarif Hidayatullah yang biasa disebut Sunan Gunung Jati yang menikah dengan anak Adipati Surosowan dari banten pasisir yaitu Putri Enten.Sultan Maulana Hasanudin adalah yang menaklukan Banten Girang dan yang mengislamkan rakyat Banten dengan Debus. Setiap hari selalu ada peziarah dari berbagai penjuru negeri yang pastinya berbeda-beda niatan mereka datang kesini. Karna itu disini banyak pedagang-pedagang manisan, dodol, buah-buahan, pernak-pernik khas banten dan kuliner banten lainnya.
Setelah membeli makanan ala tempat peziarahan kami langsung tancap gas untuk pulang melalui jalur yang berbeda dengan jalur yang saat kita berangkat yaitu aku sebut dengan jalur barat. Ditengah perjalanan pulang perutku terasa lapar dan kami pun langsung mampir di tempat makan yang memiliki jukukan yang menyeramkan yaitu nasi uduk setan, mungkin karna tempat ini bukanya setiap malam jadi namanya nasi uduk setan. Tempat dan namanya sangat berbeda karna yang melani disini bukan setan tetapi teteh-teteh yang murah senyum. Selesai makan, perut yang tadinya kelaparan berubah menjadi kekenyangan dan langsung melanjutkan perjalanan pulang.
Sungguh perjalanan yang sangat mengesankan bagiku, karna dari perjalanan itu banyak hal-hal yang bisa kupetik sebagai pengalaman yang sungguh berharga. Memberikanku sebuah gambaran suatu budaya serta sosiologis kemasyarakatan dan lingkungan di kota Serang dan sekitarnya yang khususnya tempat dan jalanan yang aku lalui untuk mencapai kawasan Banten Lama. Ternyata letak geografis suatu daerah akan mempengaruhi budaya dan lingkungan masyarakat tertentu. Bahkan politik pun akan mempengaruhinya pula, sebab kemajuan daerah adalah bagaimana penguasa yang dalam hal ini adalah pengelola daerah administratif Provinsi Banten dalam mengatur wilayahnya. Dan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi terhadap suatu program dari sang pemimpin jikalau program itu tak merugikan masyarakat.